HUBUNGAN ANTARA
KADAR KOLESTEROL DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS DI UPT LABORATORIUM KESEHATAN
PALU
SKRIPSI
MOH. SYAHRIR
G 40107023
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
MEI, 2011
HUBUNGAN ANTARA
KADAR KOLESTEROL DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS DI UPT LABORATORIUM KESEHATAN
PALU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (SI) Program
Studi Biologi pada Jurusan Biologi FMIPA Universitas Tadulako
MOH.SYAHRIR
G 401 07 023
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
JUNI2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul :
Hubunganantara Kadar KolesteroldenganKejadian Diabetes
Melitus
di UPT LaboratoriumKesehatanPalu.
Nama :
Moh. Syahrir
Stambuk :
G 40107023
Telahdiperiksadandisetujuiuntukdiajukanpada
Seminar Hasil
Palu,
Juni2011
Pembimbing I Pembimbing II
Musjaya. M. Guli, S.Si.,M.Si dr.
M. Sabir, M.Si
NIP.196701311999031001 NIP.197305262008011011
Mengetahui,
KetuaJurusanBiologi
FMIPA
UniversitasTadulako
Drs.
Elijonnahdi, M.Si
NIP.
196107251991031002
PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Judul : Hubungan antara Kadar Kolesterol dengan Kejadian Diabetes melitus
di UPT Laboratorium Kesehatan palu.
Nama : Moh. Syahrir
Stambuk : G 401 07 023
Disetujui
Tanggal : 10 Juni 2011
DEWAN
PENGUJI
1.
Ketua : Drs. Elijonnahdi M.Si .......................
2.
Sekretaris : Eny Yuniati, S.Si, M.Si ........................
3.
Penguji
1 : Miswan S.Pd, M.Si .......................
4.
Penguji
2 : Drs. Elijonnahdi M.Si .......................
5.
Penguji
3 : Musjaya M.Guli S.Si, M.Si .......................
6.
Penguji
4 : dr. M. Sabir M.Si .......................
7.
Penguji
5 : Wahyu Harso S.Si, M.Si .......................
Mengetahui
Dekan FMIPAUniversitas Tadulako
Drs.Abdullah, MT
NIP:196202171991031002
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Palu, Juni 2011
Penulis
(Moh.Syahrir)
NIM G 401 07 023
ABSTRAK
Penelitian tentang ”Hubungan antara Kadar Kolesterol
dengan Kejadian Diabetes Melitus di UPT Laboratorium Kesehatan Palu ” telah
dilaksanakan dari bulan Februari sampai Maret 2011 dengan tujuan untuk
mengetahui hubungan antara kadar kolesterol terhadap kejadian diabetes melitus.
Metode penelitian yang digunakan adalah secara deskriptif analitik dan teknik
pengambilan sampel menggunakan non random sample, yang menjadi populasi adalah
keseluruhan jumlah pasien yang memeriksakan kadar kolesterol dan kadar glukosa
darah. Hasil penelitian menunjukan jumlah individu yang memeriksakan kadar
kolesterol dan kadar glukosa darah sebanyak 115, yang terdiri dari 57 individu
yang memiliki kadar kolesterol tinggi dan 58 individu yang memiliki kadar
kolesterol yang normal. Sedangkan pada pemeriksaan glukosa darah terdapat 66 individu
yang memiliki kadar glukosa darah yang tinggi dan 49 individu yang memiliki
kadar glukosa yang rendah.Hasil analisis Chi-Square,nilai p = 0,002 (p
< 0,05) berartisecarastatistikadahubunganbermaknaantararesponden kadar
kolesteroldengankejadianpenyakitDiabetes Melitus. DengannilaiOdds Ratio (OR) =3,524yang artinyaseseorang yang memilikikadar kolesterol tinggi
memiliki resiko 3 kali lebih besarmenderitaDiabetes Melitus, dibandingdenganseseorang yang memilikikadar kolesterol normal.
Kata kunci: Kadar Kolesterol,
Diabetes Melitus
ABSTRACT
Research about " Relation of Rate Cholesterol with
Occurence of Diabetes Melitus in UPT Laboratory Health of Palu " have been
studied from Februari until March 2011 as a mean to know relationof cholesterol
rate to occurence of diabetes melitus. Research method using is descriptively
analytic and technique intake of sampel used the non sample random, population is
the overall of patient checking cholesterol rate and blood glucose rate. Result
of research showing is amount of individual checking cholesterol rate and blood
glucose rate counted 115, what consist of 57 individual owning high cholesterol
rate and 58 individual owning normal cholesterol rate. While at inspection of
blood glucose there are 66 individual owning high blood glucose rate and 49
individual owning low glucose rate. Result analysis of Chi-Square, assess X2
= 10,676 (X2 tabel > 3,841) or p = 0,002 (p < 0,05) meaning
statistically there is relation have a meaning of cholesterol rate responder
with occurence of disease of Diabetes Melitus. With value of Odds Ratio (OR) =
3,524 is the meaning someone owning high cholesterol rate have risk 3 bigger to
times suffer Diabetes Melitus, compared to with someone owning normal
cholesterol rate.
Keyword:
Rate Cholesterol, Diabetes Melitus
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat melaksanakan
penelitian dan menyelesaikan penulisannya dalam betuk skripsi dengan judul “Hubungan
antara Kadar Kolesterol dengan Kejadian Diabetes Melitus di UPT Laboratorium
Kesehatan Palu”.
Penelitian ini merupakan salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan studi Program Sarjana
Strata Satu (SI) pada Jurusan Biologi FMIPA Universitas Tadulako. Dalam
melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat berbagai
hambatan dan masalah, namun berkat dukungan semua pihak dan saran-saran dari
para dosen serta teman-teman mahasiswa, penelitian dan penulisan skripsi ini
dapat terselesaikansehinggamelaluikesempataniniterlebihdahulupenulisinginmemberikanucapanterimakasihkepadakedua
Orang TuaPenulis, ayahandaIshak Bahren Thaiyeb
dan ibundaMuslimah Matrani,
sertaadikRaushan FikridanJihan Syafira yang telahmemberikansemangatkepadapenulisdanjugaterimakasih yang
sebesar-besarnyadansetulusnyakepada :
1.
Bapak. Drs. Abdullah M.T.,
selakuDekanFakultasMatematika Dan ilmuPengetahuanAlamUniversitasTadulako
2.
Bapak Drs. Elijonnahdi, M.Si.,selakuKetuaJurusanBiologiFakultasMatematikadan ilmuPengetahuanAlam.
3.
Ibu DR. UmrahM.Si.,
selakuSekertarisJurusanBiologiFakultasMatematika Dan ilmuPengetahuanAlam.
4.
BapakMiswan, S.Pd, M.Si.,selakuDosenJurusanBiologi
yang selalumemberikan support kepadapenulis.
5.
BapakMusjaya.M. Guli, S.Si, M.Si.,selakupembimbingIpenulisdanBapakdr. M. Sabir M.Si., yang sekaligusmenjadipembimbing
II penulis yang
telahikhlasdanpenuhkesabarandalammembimbingsertamemberikanarahan, petunjuk, dan
saran kepadapenulis.
6.
BapakdanIbuDosensertastafPengajarJurusanBiologi
yang
telahmemberikanwaktunyaberkenanuntukmemberikanilmudanmembimbingkepadapenulisselamamenjalanistudi.
7.
BapakdanIbuDosenJurusanBiologi yang
sedangmelanjutkan program Doktordansempatmengajarpenulis (BapakAsriPirade P
S,Si, M.Si., danIbuAnnawatiS.Si, M.Si.).
8.
KepalaLaboratoriumKesehatanPaludanseluruhpegawaiLaboratoriumKesehatanPaluSulwesi
Tengah. Khususnyakepada bapak
Ivan S.Gommo S.K.M. yang telahmemberikanbimbinganselama berada di Laboratorium Kesehatan Palu.
9.
Seluruhkeluarga yang
tidaksempatdituliskansatupersatunamanya.
10.
Saudara-saudarakuseangkatan 2007
dansemuaHimpunanMahasiswaBiologi (HMB) FMIPA UNTAD terimakasihatasmotivasinya.
11.
Seluruhpihak yang tidaksempat kami
tuliskannamanya.
Denganketerbatasanpengetahuandankemampuan,
penulisyakinbahwaskripsiinijauhdarisebuahkesempurnaan, olehkarenaitupenulissangatmengharapkankritikdan
saran dariparapembaca.
Palu, Juni 2011
Penulis
MOH. SYAHRIR
G 401 07 023
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya
(Al-Baqarah ayat 286)
Mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan
perempuan
(H.R. Buchori Muslim)
Hidup bahagia adalah dimana kita bisa membagi kebahagiaan
itu dengan orang di sekitar kita
(Savique)
Jangan selalu katakan apa yang kau ketahui tapi selalu
ketahui apa yang kau katakan
(Claudius)
Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat
hidup cukup lama untuk melakukan semua
kesalahan itu sendiri.
(Martin Vanbee)
Setiaptahapdalammencapaisebuahkesuksesan,
pastiakanbertemudengansebuahkegagalan.Dalamkegagalanitulahmanusiabisamelihatsisilaindaridirinya.
(Mario
Teguh).
Janganselalumengharappujiankarenasesungguhnyapujianitudapatmembuatlupaakankelemahansendiridanjanganmengesampingkankritikansesungguhnyakritikanitudapatmembangundiriuntukmenjadilebihbaik.
(Anisa).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini
aku persembahkan untuk
Allah SWT yang menjadikan aku lebih sabar, lebih semangat
menjalani hidup dan selalu yakin
bahwa Allah selalu memberiku yang terbaik buat ku.
Ayahanda Ishak Bahren Thaiyeb dan Ibunda Muslimah Matraniyang selalu
mendukungku dengan doa-doa terbaiknya, mudah-mudahan aku
bisa memberi yang terbaik untuk mereka
Adikku, Raushan
Fikri, Jihan Syafira, Sepupuku Mohammad Fahmi dan semuasahabat-sahabatku
yang senantiasamemberikusemangat.
Yang telahmembakar apisemangatku:
AlmamaterkuUniversitasTadulako
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. i
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. .ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .iii
HALAMAN PENGESAHAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . .iv
HALAMAN PERNYATAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . v
ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi
ABSTRACT . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . vii
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . viii
MOTTO . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . xi
PERSEMBAHAN . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . xii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .xii
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .xiii
DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .xiv
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 4
1.3 Tujuan
Penelitian......................................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................
4
1.5 Hipotesis
Penelitian..................................................................................
5
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diabetes
Melitus.........................................................................
6
2.1.1Defenisi
Diabetes Melitus...............................................................
6
2.1.2 Jenis
Diabetes Melitus....................................................................
7
2.1.3 Gejala
Klinik Diabetes Melitus ................................................... 9
2.1.4
Faktor-faktor penyebab Diabetes Melitus.................................... 9
2.1.5 Diagnosa
Diabetes Melitus..........................................................11
2.1.6
Komplikasi Diabetes Melitus.......................................................11
2.2 Konsep
Kolesterol.................................................................................12
2.2.1
Defenisi Kolesterol......................................................................
12
2.2.2 Fungsi
Kolesterol.........................................................................
13
2.2.3 Jenis
Kolesterol............................................................................ 14
2.2.4 Gangguan
Kolesterol................................................................... 15
2.2.5 Sintesis
Kolesterol....................................................................... 17
2.2.6 Balans
Kolesterol......................................................................... 17
2.2.7
Metabolisme Kolesterol............................................................... 18
2.2.8
Mekanisme Transport Kolesterol dalam Tubuh.......................... 18
2.2.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi kolesterol............................ 19
2.3 Hubungan Kolesterol dengan Diabetes Melitus............................................ 20
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian....................................................................
22
3.2 Lokasi
Penelitian................................................................................... 22
3.3 Waktu
Penelitian.................................................................................... 22
3.4 Populasi
dan Sampel ............................................................................ 22
3.5 Tehnik
Pengambilan Sampel................................................................. 24
3.6 Jenis Data.............................................................................................. 24
3.7 Analisis
Data......................................................................................... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengukuran kadar kolesterol dan kadar glukosa pasien............... 27
4.2 Hasil
Analisis Statistik........................................................................... 35
4.3
Pembahasan...........................................................................................36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan............................................................................................ 41
5.2 Saran...................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 42
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................. 44
DAFTAR TABEL
No.Teks Hal
1. Tabel Kontingensi 2 x 2......................................................................... 26
2.
Tabel
4.1 Hasil pemeriksaan Kadar Kolesterol dan Kadar Glukosa berdasarkan Glukosa
Darah Puasa (GDP) pada Pasien Laki-Laki yang datang ke UPT Laboratorium
Kesehatan Palu........................................ 28
3.
Tabel
4.2 Hasil pemeriksaan Kadar Kolesterol dan Kadar Glukosa berdasarkan Glukosa
Darah Sewaktu (GDS) pada Pasien Laki-Laki
yang datang ke UPT Laboratorium Kesehatan
Palu............................... 30
4.
Tabel
4.3 Hasil pemeriksaan Kadar Kolesterol dan Kadar Glukosa berdasarkan Glukosa
Darah Puasa (GDP) pada Pasien Perempuan
yang datang ke UPT
Laboratorium Kesehatan Palu.............................. 31
5.
Tabel
4.4 Hasil pemeriksaan Kadar Kolesterol dan Kadar Glukosa berdasarkan Glukosa
Darah Sewaktu (GDS) pada Pasien Perempuan
yang datang ke UPT Laboratorium Kesehatan
Palu............................... 33
6.
Tabel4.5 Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol
dengan Kadar Gula
diUPT Laboratorium Kesehatan Palu Kota palu 2011
......................... 35
DAFTAR
GAMBAR
No.Teks Hal
1.
Perbedaan
Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2 ................................................. 7
2.
Kolesterol yang diproduksi hati dan
sebagian dari makanan
sehari-hari
.............................................................................................
12
3.
Penumpukan
lemak dan penyempitan arteri ........................................ 15
4.
KerangkaPenelitianHubungan Kadar KolesteroldenganKejadian
Diabetes Melitus
...................................................................................
45
5.
KerangkaTeoriHubungan
Kadar KolesteroldenganKejadian
Diabetes Melitus....................................................................................
46
6.
KerangkaKonsepHubungan Kadar
KolesteroldenganKejadian
Diabetes Melitus....................................................................................
47
7.
Pengambilan Sampel darah Pasien
....................................................... 52
8.
Sampel darah Pasien yang telah diambil
.............................................. 53
9.
Laboratorium
Pemeriksaan Kadar glukosa dan Kadar Kolesterol........ 53
10. Clinipette danTip
..................................................................................
54
11. Reagen
Cholesterol dan Reagen Glukosa ............................................. 54
12. Sampel diinkubasi dengan menggunakan waterbatt..............................
55
13. Waterbatt
...............................................................................................
55
14. Sampel dideteksi dengan menggunakan photometer 5010
................... 56
15. Photometer 5010
...................................................................................
56
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Hal
1. Kerangka Penelitian.............................................................................. 45
2.
Kerangka
Teori......................................................................................
46
3.
Kerangka
Konsep.................................................................................. 47
4.
Defenisi
Operasional dan Kriteria Objektif.......................................... 48
5.
Analisis
Data ......................................................................................... 50
6.
Dokumentasi
Penelitian
....................................................................... 52
7.
Riwayat
Hidup ......................................................................................
56
8.
Master
Tabel Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol dan Kadar Glukosa Darah di UPT
Laboratorium Kesehatan Palu ......................................
9. Master Tabel Pola Makan dan Pola Hidup pada Pasien yang
Memeriksakan Kadar Glukosa Darah dan Kadar Kolesterol Darah....
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Dalam
sistem ketahanan nasional dikatakan bahwa segala upaya dalam peningkatan
kesehatan diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi,
memungkinkan orang hidup lebih sehat dan produktif, baik sosial maupun ekonomi.
Hal ini terlihat dengan peningkatan usia harapan hidup sebagai wujud kemajuan
peningkatan dan perkembangan teknologi. Namun disisi lain kemajuan tersebut
dapat pula menimbulkan dampak negatif yaitu meningkatnya penyakit yang
berhubungan dengan usia lanjut atau penyakit degeneratif seperti diabetes
melitus, hipertensi, kolesterol dan penyakit jantung koroner. Penyakit tersebut
diatas merupakan salah satu penyebab angka kesakitan dan kematian cukup tinggi
pada negara-negara maju maupun negara berkembang (Soeparman, 1999).
Di
negara maju prevalensi penderita (kolesterol tinggi dan diabetes melitus)
merupakan masalah kesehatan yang memerlukan penanganan yang lebih intensif. Diabetes
melitus merupakan penyakit kronis yang terus meningkat di seluruh dunia. Di
Amerika Serikat, diperkirakan 23,6 juta penduduk mengalami diabetes melitus, 90
– 95 % merupakan diabetes melitus tipe 2 yang umumnya didiagnosis setelah
berumur 40 tahun (Sarwono, 1996). Menurut laporan Zimmet (1997) terdapat
minimal 110,4 juta penderita diabetes didunia dengan prevalensi 1,2-22,0 %.
Tahun 2000 diperkirakan meningkat 1,5 kali (menjadi 175,4 juta) dan tahun 2010
meningkat dua kali 239,3 juta. Menurut Askandar (1997) di Indonesia
terdapat penderita diabetes minimal 2,5 juta.
Berdasarkan
klasifikasi diabetes melitus menurut International
Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD-10), DM dalam 50 peringkat utama penyebab
kematian, rawat inap dan rawat jalan di RS di Indonesia selama tahun 2007. Jumlah pasien keluar rawat inap di rumah
sakit di Indonesia hasil diagnosis diabetes melitus tahun 2007 sebanyak 56.378
pasien, sedangkan kasus baru pada rawat jalan sebanyak 28.095 kasus (Sarwono, 1996).
Diabetes
Melitus merupakan kelainan metabolisme yang terjadi karena berbagai penyebab,
ditandai oleh kosentrasi glukosa darah yang tinggi, disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan oleh kelainan
sekresi hormon insulin. Lemak
memang sangat dibutuhkan dalam produksi berbagai hormon serta berperan penting
terhadap kolesterol yang dapat ditranspor keseluruh tubuh, tetapi dalam
konsumsi lemak tertentu yang berlebihan juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Kelebihan lemak ini akan memberikan efek yang cukup serius
seperti hipertensi, obesitas dan diabetes melitus itu sendiri (Daryati dalam
Baraas, F , 2004).
Beberapa
penelitian mengungkapkan adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih
banyak menderita diabetes dan kolesterol dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal
ini dipengaruhi beberapa faktor antara
lain : Pola makan yang tidak seimbang, kurang olahraga, mengkonsumsi makanan
yang tinggi lemak dan karbohidrat, dan berhubungan dengan adanya peningkatan
taraf hidup atau kemakmuran. Hal ini tercermin dari pola makan dikota-kota
telah bergeser dari pola makan tradisional yang banyak mengandung serat dan
sayur-sayuran ke pola makan yang banyak mengandung gula, protein, lemak, dan
mengandung sedikit serat (Soeparman, 1999).
Laporan
Dinas Kesehatan Provinsi mengkonfirmasikan bahwa diabetes termasuk diantara
penyakit terbanyak di Provinsi Sulawesi Tengah, dari 10 penyakit terbanyak
yaitu 13.549. Diabetes menduduki peringkat ke tujuh berjumlah 418 (3,1 %)
penderita. Pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Undata, penderita diabetes
berada di peringkat 10 dimana jumlah pasien 145 penderita (Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah, 2004).
Peningkatan kadar kolesterol berkorelasi
positif dengan bertambahnya resiko penyakit jantung koroner (PJK) dan
hipertensi, namun sebaliknya hubungan antara tingkat kolesterol dan resiko diabetes
melitus masih belum jelas (Hariawan, 2008)
Belum adanya data yang pasti
mengenai hubungan kadar kolesterol dengan kejadian diabetes melitus tersebut, menjadi dasar bagi
peneliti untuk mengevaluasi hubungan antara kadar kolesterol dengan kejadian diabetes
militus.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
mendorong penulis untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang hubungan antara
kadar kolesterol dengan kejadian diabetes militus, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1.
Apakah
ada hubungan antara kadar kolesterol dengan kejadian diabetes melitus?
2.
Berapa besar peluang seseorang yang
memiliki kadar kolesterol yang tinggi menderita diabetes melitus dibandingkan
dengan seseorang yang kadar kolesterolnya normal?
1.3
Tujuan
Peneltian
1.
Untuk mengetahui hubungan
antara kadar kolesterol dengan kejadian diabetes melitus di UPT Laboratorium Kesehatan Palu
2011.
2.
Untuk
mengetahui besar resiko kadar kolesterol yang tinggi menderita diabetes
melitus, dibandingkan dengan kadar kolesterol yang normal.
1.4
Manfaat
Penelitian
Untuk
menambah pengetahuan dan wawasan serta memberikan referensi tambahan tentang hubungan
antara kadar kolesterol dengan kejadian diabetes melitus.
1.5
Hipotesis
Penelitian
1. Ada
hubungan antara kadar kolesterol dengan kejadian diabetes melitus.
2. Ada peluang seseorang yang memiliki kadar kolesterol
tinggi juga menderita diabetes melitus dibanding dengan seseorang yang memiliki
kadar kolesterol yang normal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Diabetes Melitus
2.1.1
Defenisi Diabetes Melitus
Pada tahun 200 sebelum masehi merupakan
orang yang pertama kali memberi nama diabetes yang berarti mengalir terus dan
melitus yang berarti manis. Disebut diabetes karena selalu minum dalam jumlah
yang banyak yang kemudian mengalir terus berupa urine. Disebut melitus karena
urine penderita ini mengandung glukosa (Askandar, 1997).
Diabetes
melitus adalah suatu penyakit gangguan kesehatan dimana kadar glukosa dalam
darah seseorang menjadi tinggi karena kadar glukosa dalam darah tidak dapat
digunakan oleh tubuh (Askandar, 1997)
Pada
orang yang sehat, karbohidrat dalam makanan yang dimakan akan diubah menjadi
glukosa yang akan didistribusikan ke seluruh sel tubuh untuk dijadikan energi
dengan bantuan insulin. Pada orang yang menderita kencing manis, glukosa sulit
masuk ke dalam sel karena sedikit atau tidak adanya insulin dalam tubuh,
akibatnya kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi yang nantinya dapat
memberikan efek samping yang bersifat negatif.
Kadar
glukosa yang tinggi akan dibuang melalui air seni. Dengan demikian air seni penderita
akan mengandung glukosa. Selanjutnya orang tersebut akan kekurangan energi atau
tenaga, mudah lelah, lemas, mudah haus dan lapar, sering kesemutan, sering
buang air kecil, gatal-gatal dan sebagainya. (Askandar, 1997).
2.1.2
Jenis Diabetes Melitus
Ada
4 jenis Diabetes Melitus (DM) yang utama yaitu :
a.
Diabetes
Melitus Tipe I
Tipe
I diabetes (Insulin Dependen Diabetes Melitus) disebabkan oleh sel-sel yang
memproduksi insulin di dalam tubuh tidak berfungsi dan membuat hanya sedikit
insulin atau tidak ada, tipe ini sekitar 1-20 % dari penderita diabetes
melitus.
b.
Diabetes
Melitus Tipe II
Tipe
II DM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) sering terjadi pada orang dewasa
usia 40 tahun keatas, pada tipe ini pankreas masih berproduksi sejumlah insulin
(Martahan, 2004).
Gambar 2.1 Perbedaan Diabetes Tipe I dan Tipe II
c.
Diabetes Kehamilan
Jenis
ini tidak umum, jika seseorang mempunyai penderita DM dalam keluarga maka
cenderung dalam kehamilan kemungkinan akan DM ini disebabkan juga pada waktu
hamil terjadi stress dimana terjadi tekanan tambahan sehingga tubuh tidak mampu
untuk memproduksi insulin yang cukup.
d.
Diabetes
Melitus Terkait dengan Malnutrisi (DMTM)
Jenis ini sering ditemukan didaerah tropis dan
negara berkembang. Bentuk ini disebabkan oleh adanya malnutrisi disertai dengan
kekurangan protein yang nyata. Ini diduga oleh Sianida yang terdapat pada
singkong yang menjadi sumber karbohidrat dibeberapa kawasan di Asia dan Afrika.
Di Jawa Timur sudah dilakukan survai dan didapatkan dipedesaan adalah 1.47 %
pedesaaan. Dan sebesar 21.2% dari kasus diabetes dipedesaan adalah DMTM.
Diabetes jenis ini akan meningkat mengungat jumlah penduduk yang masih berada
dibawah kemisikinan yang masih tinggi (Soeparman, 1999).
e.
Diabetes Melitus tipe lain
Pada
tipe ini disebabkan oleh penyakit eksokrin pancreas, Endokrinopati, atau karena
obat-obat zat kimia serta infeksi Rubella congenital (Martahan, 2004).
2.1.3
Gejala Klinik Diabetes Melitus.
1)
Poliuri
Kadar
glukosa darah yang tinggi akan banyak mengeluarkan urin. Urin yang dikeluarkan
dalam jumlah banyak yang sangat mengganggu penderita.
2)
Polidipsi / banyak minum
Perasaan
haus yang dialami penderita karena banyaknya urine yang dikeluarkan. Untuk
menghilangkan rasa haus itu, penderita banyak minum.
3)
Polifagi / banyak makan
Kalori
dari makanan yang dimakan setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah
tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu penderita selalu merasa
lapar dan selalu banyak makan (Soewondo, 1995).
Sedangkan gejala-gejala lainnya
ditandai kelemahan akibat gangguan nutrisi tingkatan tingkat sel, gangguan
penglihatan karena gangguan nutrisi pada sel-sel retina mata, dan lainnya
(Gsianturi, 2005).
2.1.4
Faktor-faktor penyebab Diabetes Melitus
Secara
singkat dapat dituliskan faktor-faktor apa yang mempertinggi risiko
diabetes atau faktor penyebab dari diabetes adalah:
1.
Kelainan Genetika
Diabetes
dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan
gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik (Gsianturi,
2005).
2.
Usia
Umumnya
manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis menurun dengan cepat
setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia
rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun (Gsianturi, 2005).
3.
Pola makan yang salah
Kurang
gizi atau kelebihan berat badan
sama-sama meningkatkan risiko kena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat
merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebih) mengakibatkan gangguan
kerja insulin (retensi insulin). Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan,
masa anak-anak, dan pada usia dewasa akibat diet ketat berlebih. Sedangkan
kurang gizi pada janin mungkin terjadi karena ibunya merokok atau mengkonsumsi
alkohol selama hamilnya. Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis
atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak,
sehingga cadangan gula darah yang disimpan di dalam tubuh sangat berlebihan.
Sekitar 80% penderita diabetes tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk
(Gsianturi, 2005).
4.
Kurang Olahraga
Dengan
berolahraga secara teratur akan menurunkan resiko terhadap diabetes mellitus.
Beberapa penelitian mengatakan dengan olahraga lima kali seminggu akan
menghasilkan penurunan 21 % pada kasus penderita diabetes (Martahan, 2004).
5.
Pengaruh Geografis
Industrialisasi
dan dampaknya mungkin salah satu penyebab diabetes tipe II. Bahan kimia beracun
dan virus dapat memicu proses autoimun, yang mana membinasakan sel-sel
(Martahan, 2004).
2.1.5
Diagnosa Diabetes Melitus
Pada
screaning test biasanya menggunakan
glukosa test ketepatan mesin tergantung dari jenis dan tekhnik yang dipakai.
Pada permulaan test glukosa sewaktu yang diambil artinya kapan saja dan hari
itu bisa diambil darahnya. Kosentrasi glukosa darah sewaktu 70-126 mg/dl. Apabila
kadar glukosa melebihi normal maka dapat dikatakan pasien tersebut terkena
diabetes melitus (Yulizar, 2005).
2.1.6
Kompilikasi Diabetes Melitus
Komplikasi
yang sering timbul dari pasien diabetes adalah Neuropati (68,16%), PJK
(29,65%), Hipertensi (39,94%), Hiperkolesterol (26,9 %), Infeksi (20,5%),
nefropati (31,56 %) dan Hipertrigliserida (42,4%) (Yulizar, 2005).
2.2
Konsep kolesterol
2.2.1 Defenisi
Kolesterol
Menurut Marvyn (1995) kolesterol adalah zat lemak yang
merupakan unsur pokok semua lemak hewani dan khususnya banyak dalam otak, hati
dan bagian dalam lainnya, kuning telur dan krim mentega.
Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks, yang 80%
dihasilkan dari dalam tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat
makanan) untuk bermacam-macam fungsi di dalam tubuh, antara lain membentuk
dinding sel (Siswono, 2006).
Gambar 2.2
Kolesterol yang diproduksi hati dan sebagian dari makanan
sehari-hari.
Tubuh menggunakan kolesterol untuk :
1)
Hormon
seks (yang merupakan perintis dimana di dhasilkan oleh kelenjar tubuh).
2)
Vitamin
D (Sebagai bahan dasar dalam mempoduksi kolesterol).
3)
Asam empedu (merupakan komponen penting
dalam sistem pencernaan dan penyerapan lemak).
4)
Hormon
korteks adrenal (penting bagi metabolisme dan keseimbangan darah dalam tubuh
(Marvyn, 1995).
Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan
dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Tetapi, apabila suplai makanan
ini seimbang dengan kebutuhan, maka tubuh kita akan tetap sehat.
Kolesterol tidak larut dalam cairan darah, untuk itu agar
dapat dikirim ke seluruh tubuh perlu dikemas bersama protein menjadi partikel
yang disebut Lipoprotein, yang dapat dianggap sebagai ‘pembawa’ (carier)
kolesterol dalam darah, jenis kolesterol yang kita kenal adalah kolesterol baik
(HDL) dan kolesterol jahat (LDL) (Anonymous, 2004).
2.2.2 Fungsi
Kolesterol
Fungsi
kolesterol dalam tubuh antara lain merupakan zat essensial untuk membran sel
tubuh, merupakan bahan pokok untuk pembentukan garam empedu yang sangat
diperlukan untuk pencernaan makanan dan merupakan bahan baku untuk membentuk
hormon steroid misalnya estrogen dan progesteron pada wanita, testosteron pada
laki-laki, kortikosteroid dan lain-lain (Anonymous, 2004).
2.2.3 Jenis Kolesterol
Lemak dalam darah terdiri dari kolesterol, trigliserida,
fosfolipid dan asam lemak bebas. Dalam hati kolesterol trigliserida bergabung
dengan protein tertentu akan membuat lemak HDL (High Density Lipoprotein) dan LDL (Low Density Lipoprotein).
HDL (High Density
Lipoprotein)
merupakan lipoprotein yang
mengandung Apo.A yang memberi efek anti enterogenik, sehingga disebut dengan
kolesterol baik, fungsi utamanya adalah membawa kolesterol dari endotel dan
mengirimkannya ke pembuluh darah perifer, keluar tubuh lewat empedu. Dengan
demikian penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang tetapi pada orang
gemuk, perokok berat, penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol
dan orang yang kurang gerak kadar
kolesterolnya dalam jumlah yang banyak. (Wiryowidagdo, 2002).
LDL (Low
Density Lipoprotein)
merupakan Lipoprotein yang mengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan
jaringan tubuh dan pembuluh nadi. LDL sering disebut kolesterol jahat karena
efek enterogenik (mudah mendekat pada dinding pembuluh darah), sehingga dapat
menyebabkan penumpukan lemak dan penyempitan pembuluh darah
(Arterosklerosis).
Gambar
2.3 Penumpukan lemak dan penyempitan arteri
Kadar LDL dalam darah sangat tergantung dari lemak yang
masuk, semakin tinggi lemak yang masuk semakin menumpuk pula LDL, ini disebabkan
karena LDL merupakan lemak jenuh yang tidak larut (Wiryowidagdo, 2002).
2.2.4
Gangguan
Kolesterol
a.
Dislipesimia
Primer
Displidemia primer adalah gangguan lemak (meningkatnya
kolesterol)
yang terbagi dari dua bagian :
1)
Hiperkolesterol
Poligenik
Biasanya terjadi peningkatan ringan atau sedang, beberapa faktor yang menyebabkan tingginya
kolesterol ini adalah berkurangnya fungsi reseptor LDL, berkurangnya daya
metabolisme kolesterol dan meningkatnya kadar kolesterol.
2)
Hiperkolesterol
familia
Adalah meningkatnya kolesterol sangat dominan akibat
ketidakmampuan reseptor LDL. Penderita biasanya akan mendapat gangguan
penyakit jantung koroner dengan ketinggian kadar
kolesterol mencapai 1000 mg/dl (Wiryowidagdo, 2002).
b.
Displidemia
sekunder
Displidemia sekunder terjadi akibat penderita mengidap
suatu penyakit tertentu seperti infeksi, stress atau kurang gerak (olahraga),
banyak konsumsi lemak. Studi framigan menunjukkan kadar kolesterol pada laki-laki meningkat
sampai usia 60 tahun lalu turun, pada perempuan peningkatan lebih bertahap pada
usia 55-60 tahun walaupun masih tetap lebih tinggi kira-kira 10 mg/dl daripada laki-laki
(Wiryowidagdo, 2002).
2.2.5 Sintesis
Kolesterol
Kolesterol
dibentuk melalui asetat yang diproduksi dari nutrient dan energi beserta hasil
metabolisme lainnya. Disamping kolesterol, asam lemak menjadi lemak tubuh dalam
proses metabolisme energi.
Apabila
sumber energi berlebih, maka mengakibatkan pembentukan asetat sebagai perantara
juga berlebih dan lemak tubuh juga bertambah. Demikian juga dengan pembentukan
kolesterol, sehingga pada mereka yang mengalami akan membentuk kolesterol lebih
banyak 20 % dari orang yang berat badannya normal. Pembentukan kolesterol
melalui asetat yang merupakan proses yang kompleks, diantaranya yang memegang
peranan penting adalah enzim reduktase HMG-COA. Selain itu kolesterol juga
dapat mengawasi produksi kolesterol dalam tubuh. Membatasi konsumsi kolesterol
akan dapat menaikkan produksi kolesterol di dalam tubuh apabila sistem kerja
enzim tidak normal (Anonymous,
2004).
2.2.6
Balans Kolesterol
Dalam
keadaan normal, kolesterol disintesis dalam tubuh sejumlah dua kali dari kadar
kolesterol dalam makanan yang dimakan. Kolesterol yang disintesis di ubah
menjadi jaringan, hormon dan vitamin yang kemudian beredar di dalam tubuh
melalui darah. Tetapi, ada juga kolesterol kembali ke hati untuk diubah menjadi
asam empedu dan garamnya. Hasil sintesis kolesterol disimpan dalam jaringan
tubuh (Ganong, 1995).
2.2.7 Metabolisme
kolesterol
Kolesterol
diserap dari usus dan digabung dalam kilomikron yang dibentuk di dalam mukosa.
Setelah kilomikron melepaskan trigliseridanya di dalam jaringan adiposus, maka
sisa kilomikron membawa kolesterol ke dalam hati. Hati dan jaringan lain juga
mensintesis kolesterol. Sejumlah kolesterol di dalam hati diekskresikan kedalam
empedu, keduanya dalam bentuk bebas dan sebagai asam empedu. Sejumlah
kolesterol empedu diserap kembali dari usus. Kebanyakan kolesterol di hati
digabung ke dalam VLDL dan semuanya bersirkulasi didalam komplek lipoprotein.
Umpan balik menghambat sintesisnya sendiri dengan menghambat hidroksi –
metilglutaril - KOA resduktase enzim yang mengubah β – hidroksil – β -
metilgutaril - KOA asam mevalonat sehingga bila masukkan kolesterol tinggi
dengan diet tinggi, maka sintesis kolesterol hati menurun. Sebaliknya
kompensasi umpan balik tidak lengkap karena diet yang rendah dalam kolesterol
dan lemak jenuh menyebabkan penurunan dalam kolesterol darah yang bersikulasi
(Ganong, 1995).
2.2.8 Mekanisme
Transport kolesterol dalam
tubuh
Lemak
dalam tubuh diangkat dari satu tempat ke tempat yang lain karena lemak bersifat
tidak larut dalam air, maka untuk mengangkut lemak tersebut diperlukan suatu
alat apoprotein yaitu suatu jenis protein. Apoprotein dengan lemak yang
diangkutnya membentuk suatu lipoprotein.
Ada
4 jenis lipoprotein :
1.
Kilomikron
Komponen
utamanya trigliserida (90-95%) yang berasal dari makanan. Plasma yang banyak
mengandung kilomikron akan berwarna seperti susu.
2.
Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
Berfungsi
terutama untuk mengangkut trigliserida yang dibentuk oleh hepar.
3.
Low Density Lipoprotein (LDL)
Komponen
terdiri dari protein 25 % dan kolesterol 40% berfungsi terutama untuk
mengangkut kolesterol.
4.
High Density Lipoprotein (HDL)
Komponen
utama terdiri dari protein 50 % dan kolesterol 20 % berfungsi utama untuk
mengangkut kolesterol dan fosfolipid (Daryati 2004, dalam Ganong 1995).
2.2.9 Faktor-faktor
yang mempengaruhi kadar kolesterol
a.
Jenis Kelamin, pria mempunyai resiko
kadar kolesterol lebih tinggi daripada wanita.
b.
Umur, semakin bertambah umur, maka
semakin tinggi pula kadar kolesterol dalam tubuh, sehingga semakin tinggi
faktor resiko. Resiko paling tinggi pada umur 40 tahun keatas.
c.
Keturunan atau faktor genetik,
hiperkolestrolemia dapat merupakan faktor genetik.
d.
Kegemukan atau obesitas, penumpukan
lemak pada jaringan tubuh, memerlukan penggunaan kolesterol yang lebih pula.
e.
Gula Darah atau Diabetes Melitus yang
tidak diobati dapat menyebabkan kadar kolesterol dalam darah.
f.
Hormon tiroid dan estrogen dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Ganong, 1995).
2.3
Hubungan Kolesterol dengan Diabetes
Melitus
Pada
Diabetes Melitus, kadar kolesterol akan meningkat akan mempercepat penyakit
vascular atherosklerotik. Hal tersebut merupakan komplikasi utama diabetes
jangka panjang pada manusia (Ganong, 1995).
Apabila
kadar insulin berkurang dalam darah, maka gula darah tidak bisa diproses
menjadi energi akibatnya kadar gula dalam darah akan meningkat berlebihan. Gula
yang berlebihan akan merusak pembuluh darah, karena gula tidak bisa diproses
menjadi energi pada penderita Diabetes Melitus. Maka energi terpaksa dibuat
dari sumber lain seperti lemak dan protein. Akibatnya kolesterol yang terbentuk
pada metabolisme lemak dan protein bisa menumpuk dan mengancam pembuluh darah.
Prevalensi hiperkolesterolemia pada Diabetes Melitus sangat tinggi yaitu 20-90
%. Proses atherosclerosis, akan menyerang hampir seluruh pembuluh darah,
terutama jaringan pembuluh perifer. Keadaan inilah yang merupakan dasar
timbulnya berbagai komplikasi DM (Baraas, 1998).
Kelebihan
karbohidrat dalam tubuh diubah menjadi lemak, perubahan ini terjadi di dalam
hati. Lemak ini kemudian dibawa ke sel-sel lemak yang dapat menyimpan lemak
dalam jumlah yang terbatas.
Oleh
karena itu, kondisi hiperglikemia yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang,
akan menyebabkan perubahan fungsi dan metabolisme lemak. Perubahan-perubahan
tersebut menyebabkan kerusakan jaringan, dan kerusakan inilah yang akan
menimbulkan komplikasi-komplikasi. Untuk menghindari resiko timbulnya
komplikasi diabetik, penderita Diabetes Melitus harus mengontrol dan
mengendalikan kadar gula dalam darah dalam jangka panjang. Pengendalian kadar
gula dalam darah secara ketat akan memperbaiki pula kadar kolesterol dalam
darah (Sarwono, 1996).
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis
penelitian yang akan digunakan adalah penelitian observasional (Analitik)
dengan pendekatan Cross Sectional Study,
yaitu untuk melihat dinamika hubungan variabel bebas dan variabel terikat pada
saat yang bersamaan (Notoadmojo, 2000).
3.2 Lokasi
Penelitian
Lokasi
Penelitian adalah di
UPT
Laboratorium Kesehatan Palu.
3.3 Waktu Penelitian
Waktu Penelitian mulai dari Februari
2011 sampai dengan Maret 2011.
3.4 Populasi dan
sampel
1.
Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan yang memeriksakan kadar glukosa
darah dan kadar kolesterol di
UPT Laboratorium Kesehatan Palu.
2.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat
jalan yang memeriksakan kadar glukosa darah dan kadar kolesterol di UPT Laboratorium
Kesehatan Palu.
1.
Pemeriksaan
kadar glukosa
Pemeriksaan kadar gula dilakukan dengan mengambil sampel
darah pasien yang datang ke laboratorium kesehatan, dengan prosedur sebagai
berikut :
Memasukkan
reagen glukosa ke dalam tabung reaksi sebanyak 1000 µl (1 cc), kemudian
menambahkan serum darah 10 µl, kemudian sampel darah tersebut diinkubasi pada
suhu 37oC selama 5 menit, lalu dideteksi dengan fotometer.
Keterangan :
Kadar gula dikatakan tinggi, bila dalam hasil
pemeriksaan kadar glukosa
darah puasa (GDP) ≥ 125
dan kadar glukosa
sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl.
Kadar gula dikatakan normal
bila dalam hasil
pemeriksaan kadar glukosa
darah puasa (GDP) < 125
mg/dl dan kadar
glukosa sewaktu (GDS)
< 200 mg/dl.
2.
Prosedur
pemeriksaan kadar kolesterol
Pemeriksaan kadar kolesterol dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien
yang datang ke laboratorium kesehatan, dengan prosedur sebagai berikut :
Memasukkan Reagen cholesterol
sebanyak 1000 µl (1 cc) kedalam tabung reaksi lalu menambahkan serum darah 10
µl lalu diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC lalu dideteksi
dengan menggunakan fotometer.
Keterangan : Kadar kolesterol dikatakan tinggi, bila dalam hasil
pemeriksaan kadar kolesterol ≥ 200
mg/dl,
Kadar kolesterol
dikatakan normal, bila dalam hasil
pemeriksaan
kadar kolesterol < 200 mg/dl.
Dalam
pemeriksaan kadar glukosa darah dan kadar kolesterol ini menggunakan Quality
control internal yang dikerjakan bersama-sama dengan serum pasien.
3.5
Tehnik Pengambilan sampel
Tehnik pengambilan sampel secara non random sampling yaitu
sampel yang diambil adalah semua pasien yang datang pada saat dilakukan
penelitian yaitu mulai dari Februari 2011
sampai dengan Maret 2011 (Notoatmodjo, 2002).
3.6
Jenis Data
a.
Data
Primer
Data primer adalah data yang
dikumpulkan atau
diperoleh melalui wawancara dan pengukuran langsung pada pasien rawat
jalan di UPT
Laboratorium
Kesehatan Palu.
b.
Data
Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan diperoleh dari
beberapa literatur, laporan penelitian dan instansi terkait seperti Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
dan UPT Laboratorium Kesehatan Palu.
3.7
Analisis
Data
1)
Analisis
Univariat
Tujuannya adalah untuk melihat distribusi frekuensi dari
setiap variabel terikat dan variabel bebas yang masuk dalam variabel
penelitian.
2)
Analisis
Bivariat
Tujuannya adalah untuk melihat hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square, dan menggunakan tingkat
kepercayaan 95 % dengan alfa (α) = 0.05. Rumus Chi-Square adalah sebagai berikut :
X2 = ( o – e ) 2
∑
e
Keterangan
:
o = Nilai Observasi
e = Nilai Harapan
H1
diterima jika X2 hitung > X2 Tabel atau p < α
Tabel
1. Kontingensi 2 x 2
Hasil test
|
Paparan
|
Jumlah
|
|
Terpapar
|
Tidak
terpapar
|
||
Positif
|
A
|
b
|
a + b
|
Negatif
|
C
|
d
|
c + d
|
Total
|
a + c
|
b + d
|
a + b + c + d
|
Keterangan :
a
=
Kelompok terpapar dengan hasil tes positif
b =
Kelompok tidak terpapar dengan hasil tes positif
c =
Kelompok terpapar dengan hasil tes negatif
d =
Kelompok tidak terpapar dengan hasil tes negatif
Tabel
1. Tabel Kontingensi 2 x 2 ( Hubungan antara Kadar Kolesterol dengan Kejadian Diabetes Melitus).
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan kadar kolesterol dan kadar glukosa darah sejumlah
115 pasien yang datang memeriksakan darahnya ke UPT Laboratorium Kesehatan
palu, diperoleh hasil sebagai berikut :
4.1
Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol dan Kadar Glukosa
Pasien
Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah merupakan
sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap
bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia
untuk penentuan penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang
berpengaruh pada perorangan dan masyarakat.
Pada penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Februari
sampai dengan Maret 2011 di UPT Laboratorium Kesehatan Palu. Adapun jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 115 yang merupakan semua pasien yang memeriksakan kadar kolesterol dan kadar gula darah (total populasi), dengan jumlah laki-laki 54 orang dan perempuan 61 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1
Hasil pemeriksaan Kadar Kolesterol dan Kadar Glukosa berdasarkan Glukosa Darah
Puasa (GDP) pada Pasien Laki-Laki yang datang ke UPT Laboratorium Kesehatan
Palu.
No
|
Sampel Ke
|
Umur
|
Kadar Kolesterol
|
Kadar Glukosa
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
|
7
9
10
11
12
16
19
20
22
32
33
36
38
40
41
43
44
45
51
65
66
68
69
70
72
74
75
76
79
80
82
105
106
109
111
112
113
115
|
50 tahun
37 tahun
51 tahun
57 tahun
34 tahun
37 tahun
52 tahun
57 tahun
41 tahun
50 tahun
57 tahun
50 tahun
64 tahun
39 tahun
60 tahun
71 tahun
49 tahun
42 tahun
36 tahun
63 tahun
51 tahun
58 tahun
64 tahun
39 tahun
56 tahun
37 tahun
67 tahun
46 tahun
33 tahun
52 tahun
67 tahun
63 tahun
79 tahun
46 tahun
64 tahun
39 tahun
57 tahun
70 tahun
|
282
175
209
184
124
147
320
200
216
188
213
126
183
139
233
173
228
205
215
136
170
187
221
182
170
296
186
200
193
218
229
139
152
174
243
266
127
195
|
209
77
126
103
86
71
128
127
128
73
161
209
128
73
233
104
79
73
84
147
69
71
88
86
82
68
84
173
74
124
71
64
114
202
236
287
142
84
|
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari jenis
kelamin laki-laki yang memeriksakan kadar glukosa puasanya berjumlah sebanyak
38 pasien, 12 pasien diantaranya memiliki kadar glukosa darah yang tinggi (≥
125 mg/dl). Dengan melihat tabel tersebut, pasien yang memiliki kadar glukosa
darah yang tinggi, 9 diantaranya juga memiliki kadar kolesterol yang tinggi (≥
200 mg/dl).
Selain itu, pada
tabel tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa pasien yang memiliki kadar
kolesterol yang tinggi namun tidak menderita diabetes melitus. Hal ini dapat
terlihat pada sampel ke 44, 45, 41, 69, 74, 76, 80 dan 82. Sebaliknya,
berdasarkan tabel diatas ada beberapa pasien yang memiliki kadar kolesterol
normal, namun menderita diabetes mellitus. Hal ini dapat terlihat pada sampel
ke 36, 38 dan 109.
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan Kadar Kolesterol dan Kadar Glukosa berdasarkan
Glukosa Darah Sewaktu (GDS) pada Pasien Laki-Laki yang datang ke UPT
Laboratorium Kesehatan Palu.
No
|
Sampel Ke
|
Umur
|
Kadar Kolesterol
|
Kadar Glukosa
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
|
5
6
8
25
30
35
46
57
59
84
85
91
99
100
101
107
|
67 tahun
50 tahun
65 tahun
55 tahun
47 tahun
63 tahun
52 tahun
39 tahun
51 tahun
75 tahun
63 tahun
54 tahun
52 tahun
37 tahun
42 tahun
64 tahun
|
302
212
232
118
178
272
304
162
188
185
223
195
167
164
183
220
|
312
252
223
253
232
261
380
290
268
116
301
80
119
123
209
211
|
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari jenis
kelamin laki-laki yang memeriksakan kadar glukosa sewaktunya (GDS) berjumlah
sebanyak 16 pasien, 12 pasien diantaranya memiliki kadar glukosa darah yang
tinggi (≥ 200 mg/dl). Dengan melihat tabel tersebut, pasien yang memiliki kadar
glukosa darah yang tinggi, 7 pasien diantaranya juga memiliki kadar kolesterol
yang tinggi (≥ 200 mg/dl).
Selain itu, pada
tabel tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa pasien yang memiliki kadar
kolesterol normal, namun menderita diabetes melitus. Hal ini dapat terlihat
pada sampel ke 25, 30, 57, 59 dan 101.
Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan Kadar Kolesterol dan Kadar Glukosa berdasarkan
kadar glukosa puasa (GDP) pada Pasien Perempuan yang datang ke UPT Laboratorium
Kesehatan Palu.
No
|
Sampel Ke
|
Umur
|
Kadar Kolesterol
|
Kadar Glukosa
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
|
13
14
15
17
18
27
31
37
39
42
47
48
49
52
53
54
55
58
61
62
63
64
73
81
86
90
92
95
103
114
|
30 tahun
39 tahun
52 tahun
35 tahun
63 tahun
73 tahun
35 tahun
66 tahun
35 tahun
35 tahun
40 tahun
54 tahun
58 tahun
63 tahun
43 tahun
52 tahun
53 tahun
35 tahun
58 tahun
62 tahun
55 tahun
56 tahun
45 tahun
77 tahun
37 tahun
49 tahun
56 tahun
26 tahun
51 tahun
72 tahun
|
147
171
145
193
186
178
175
221
208
138
213
241
213
239
134
156
245
171
209
212
109
206
186
234
193
222
150
156
249
179
|
81
71
94
78
79
240
67
214
145
209
265
254
158
76
67
82
98
88
87
87
163
140
91
80
145
75
211
60
66
92
|
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari jenis
kelamin perempuan yang memeriksakan kadar glukosa puasanya berjumlah sebanyak
30 pasien, 11 pasien diantaranya memiliki kadar glukosa darah yang tinggi (≥ 125
mg/dl). Dengan melihat tabel tersebut, pasien yang memiliki kadar glukosa darah
yang tinggi, 6 diantaranya juga memiliki kadar kolesterol yang tinggi (≥ 200
mg/dl).
Selain itu, pada
tabel tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa pasien yang memiliki kadar
kolesterol yang tinggi namun tidak menderita diabetes melitus. Hal ini dapat
terlihat pada sampel ke 52, 55, 61, 62, 81, 90 dan 103. Sebaliknya, berdasarkan
tabel diatas ada beberapa pasien yang memiliki kadar kolesterol normal, namun
menderita diabetes melitus. Hal ini dapat terlihat pada sampel ke 27, 42, 63,
86, dan 92.
Tabel 4.4 Hasil pemeriksaan Kadar Kolesterol dan Kadar Glukosa
berdasarkan kadar glukosa sewaktu (GDS) pada Pasien Perempuan yang datang ke
UPT Laboratorium Kesehatan Palu.
No
|
Sampel Ke
|
Umur
|
Kadar Kolesterol
|
Kadar Glukosa
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
|
1
2
3
4
21
23
24
26
28
29
34
50
56
60
67
71
77
78
83
87
88
89
93
94
96
97
98
102
104
108
110
|
60 tahun
44 tahun
71 tahun
64 tahun
40 tahun
38 tahun
48 tahun
50 tahun
65 tahun
46 tahun
50 tahun
61 tahun
36 tahun
48 tahun
62 tahun
41 tahun
60 tahun
41 tahun
38 tahun
73 tahun
54 tahun
52 tahun
72 tahun
42 tahun
54 tahun
39 tahun
57 tahun
51 tahun
28 tahun
56 tahun
69 tahun
|
210
276
208
321
204
216
244
217
200
197
171
268
146
162
200
224
183
128
184
214
221
139
211
130
216
146
229
203
147
236
204
|
324
210
269
272
65
93
208
212
234
355
80
216
72
334
115
213
238
118
202
101
212
84
208
97
269
216
207
218
231
243
106
|
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari jenis
kelamin perempuan yang memeriksakan kadar glukosa sewaktunya berjumlah sebanyak
31 pasien, 21 pasien diantaranya memiliki kadar glukosa darah yang tinggi (≥
200 mg/dl). Dengan melihat tabel tersebut, pasien yang memiliki kadar glukosa
darah yang tinggi, 15 diantaranya juga memiliki kadar kolesterol yang tinggi (≥
200 mg/dl).
Selain itu, pada
tabel tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa pasien yang memiliki kadar
kolesterol yang tinggi namun tidak menderita diabetes melitus. Hal ini dapat
terlihat pada sampel ke 21, 23, 67, 87 dan 110. Sebaliknya, berdasarkan tabel
diatas ada beberapa orang yang memiliki kadar kolesterol normal, namun
menderita diabetes mellitus. Hal ini dapat terlihat pada sampel ke 29, 60, 77,
83, 97, dan 104.
4.2
Hasil Analisis Statistik
Berdasarkan data
hasil pemeriksaan kadar kolesterol dan kadar glukosa pasien yang datang
memeriksakan ke UPT Laboratorium Kesehatan, selanjutnya dilakukan analisis
statistik dengan menggunakan uji Chi
Square yang dibantu oleh software SPSS. Hal ini dilakukan untuk melihat
dinamika hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, yang hasilnya
sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Kadar
Kolesterol dengan Kadar Gula di UPT Laboratorium Kesehatan Palu Kota palu 2011
Kadar Kolesterol
|
Kejadian
Diabetes Melitus
|
Total
|
X2
P
Value
|
OR
95 % CI
|
|||
Menderita
|
Tidak menderita
|
||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
||||
Tinggi
|
38
|
66,7
|
12
|
33,3
|
60
|
10,676 (0,002)
|
3,524
(1,344 –6.242)
|
Normal
|
21
|
36,2
|
37
|
63,8
|
58
|
||
Jumlah
|
66
|
57,4
|
49
|
42,6
|
115
|
Pada
tabel di atas menunjukkan, bahwa seseorang
yang memiliki kadar kolesterol
yang tinggi lebih besar kemungkinan menderita penyakit Diabetes Melitus, dengan proporsi 66,7%. Sedangkan seseorang yang memiliki kadar kolesterol yang normal
lebih kecil kemungkinan menderita penyakit Diabetes Melitus, yaitu dengan proporsi 36,2%.
Berdasarkan hasil
uji “Chi Square” nilai X2 = 10,676 dimana H1 diterima jika
nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel (3,841) atau p
= 0,002
dimana (p < 0,05) berarti secara
statistik ada hubungan bermakna antara kadar kolesterol dengan kejadian penyakit Diabetes Melitus. Dengan nilai Odds
Ratio (OR) = 3,524 yang
artinya seseorang
yang memiliki kadar kolesterol
tinggi mempunyai
resiko 3 kali lebih besar menderita penyakit Diabetes Melitus, dibanding dengan seseorang yang memiliki kadar kolesterol normal.
4.3
Pembahasan
Kolesterol
atau kadar lemak dalam darah umumnya berasal dari menu makanan yang dikonsumsi.
Semakin banyak konsumsi makanan berlemak, maka akan semakin besar peluangnya
untuk menaikkan kadar kolesterol. Contoh makanan tersebut seperti gorengan,
minyak kelapa, durian, daging, kacang tanah, dan sejenisnya. Dengan meningkatnya kadar kolesterol darah maka dapat
menimbulkan kompilikasi-komplikasi penyakit lain, diantaranya diabetes melitus.
Dalam pemeriksaan kadar kolesterol dan kadar glukosa
darah, masing-masing dikategorikan menjadi 2 yaitu kadar kolesterol tinggi
apabila dalam hasil pemeriksaan nilainya ≥ 200 mg/dl. Sebaliknya, kadar
kolesterol normal apabila dalam hasil pemeriksaan nilainya < 200 mg/dl.
Sedangkan untuk pemeriksaan glukosa darah, dikatakan seseorang menderita
diabetes melitus apabila dalam hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa ≥125
mg/dl dan kadar gula sewaktu ≥ 200 mg/dl. Sebaliknya, dikatakan tidak menderita
diabetes apabila dalam hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa < 125 mg/dl
dan kadar gula sewaktu < 200 mg/dl.
Berdasarkan hasil pengukuran pasien yang memeriksa kadar
kolesterol dan kadar glukosa darah menunjukkan bahwa semua pasien laki-laki dan
perempuan yang memeriksakan kadar gula puasa maupun kadar gula sewaktu
diperoleh sebanyak 115 pasien. Dari 66 pasien memiliki kadar glukosa yang
tinggi, 38 pasien diantaranya diikuti dengan peningkatan kadar kolesterol.
Menurut sarwono (1999), jika seseorang memiliki kadar gula yang tinggi yaitu ≥
125 mg/dl atau ≥ 200 mg/dl, yang diikuti
dengan meningkatnya kadar kolesterol darah maka dapat di indikasikan pasien
tersebut menderita diabetes melitus.
Berdasarkan hasil
tersebut juga menunjukkan seseorang yang kadar kolesterolnya tinggi namun tidak
menderita Diabetes Melitus. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor, diantaranya
ialah faktor genetik, artinya pada penderita kolesterol tinggi tidak ada
turunan genetik dari orang tua yang menderita diabetes sehingga apabila kadar
kolesterolnya tinggi tidak diikuti dengan diabetes melitus. Sebaliknya,
seseorang yang kadar kolesterolnya normal namun dapat menderita diabetes, hal
ini disebabkan karena turunan genetik dari orang tua sangat berpeluang kepada
anak-anaknya untuk menderita diabetes walaupun kadar kolesterolnya normal.
Genetik sangat berpengaruh terhadap penyakit diabetes melitus, dimana DNA
mengatur semua aktifitas dalam tubuh diantaranya mengatur fungsi organ-organ.
Jika DNA seseorang mengalami kerusakan maka kemampuan organ untuk melakukan
fungsinya akan terganggu, jadi kerja pankreas pun terganggu dalam mensekresi insulin
sehingga glukosa tinggi yang berada dalam pembuluh darah tidak dapat
dinetralkan seluruhnya, dalam kondisi ini akan menyebabkan terjadinya penyakit
diabetes melitus.
Berdasarkan
hasil perhitungan analisis Chi-Square menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki kadar kolesterol yang tinggi lebih besar
kemungkinan menderita penyakit diabetes
melitus.
Sedangkan seseorang yang
memiliki kadar kolesterol normal
lebih kecil kemungkinan menderita
penyakit diabetes melitus
(tabel 4.5).
Menurut asumsi
peneliti,
sel disusun oleh glikoprotein dan lipoprotein. Seseorang
yang kadar kolesterolnya tinggi terjadi penumpukan lemak (lipoprotein) pada dinding pembuluh
darah (aterosklerosis) yang kemudian masuk ke dalam sel, membuat
permeabilitas sel menjadi rendah sehingga sel menjadi tebal.
Dalam kondisi tersebut, glukosa yang berada di dalam
aliran darah menjadi pekat dan tidak dapat masuk ke dalam sel untuk
menghasilkan energi sehingga tetap berada di dalam darah, akibatnya hormon
insulin yang disekresi oleh pankreas tidak mencukupi karena tidak adanya energi
dimana insulin berperan untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Jadi apabila
kerja insulin terganggu maka menyebabkan terjadi peningkatan kadar glukosa
dalam darah, yang disebut dengan Diabetes Melitus.
Kejadian tersebut
diatas tidak lepas dari pola makan masyarakat di kota palu yang telah bergeser
dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran,
ke pola makan yang moderen dengan komposisi makanan yang terlalu banyak
mengandung protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat. Komposisi
makanan seperti ini terutama terdapat pada makanan siap santap yang sangat
digemari oleh masyarakat kota palu. Disamping itu pola hidup yang sangat sibuk
dengan pekerjaan dari pagi sampai sore bahkan biasanya pada malam hari masih
bekerja menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk berolahraga. Hal ini didukung
oleh data sekunder yang diperoleh, menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki
kadar kolesterol tinggi juga menderita diabetes melitus tidak mengontrol pola
makannya dan memiliki gaya hidup yang kurang sehat.
Berdasarkan uji statistik ada hubungan bermakna antara kadar kolesterol dengan kejadian penyakit Diabetes
Melitus yaitu. Dan hasil
penelitian juga menunjukkan, bahwa seseorang yang memiliki kadar kolesterol yang tinggi atau > 200 mg/dl mempunyai peluang 3 kali beresiko menderita
penyakit diabetes melitus, dibanding dengan seseorang yang kadar
kolesterolnya normal.
Hal ini sejalan
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sarwono (2003), bahwa bentuk kolesterol LDL pada penderita diabetes lebih
padat dengan ukuran yang lebih kecil yang sering disebut Small Dense LDL,
sehingga mudah sekali masuk kedalam lapisan pembuluh darah yang lebih dalam.
Bentuk kolesterol LDL ini karena lebih bersifat aterogenik (lebih mudah
menempel pada pembuluh darah dan lebih mudah membentuk plak).
Penelitian epidemiologi oleh Soeparman (1999) membuktikan bahwa prevalensi kadar kolesterol yang tinggi (Hiperkolesterolemia) 2-3 kali lebih
tinggi menderita diabetes melitus dibandingkan dengan kadar kolesterol yang
normal. Selain itu pada penelitian Soegondo (1999) menjelaskan bahwa terjadi
penurunan konsentrasi HDL sebanyak 2 kali pada pasien diabetes melitus di salah
satu rumah sakit di jakarta. Dan pada penelitian Boedisantoso tahun 1999
menemukan peningkatan kadar LDL pada 43,5% dari 460 pasien diabetesnya
sedangkan pada 4666 orang non diabetes hanya 23,1% saja.
Berdasarkan data
Laboratorium Kesehatan tahun 2010 menunjukkan bahwa dari 945 pasien yang
memeriksakan kadar kolesterol dan kadar glukosa terdapat 519 pasien menderita
penyakit Diabetes Melitus yang juga kadar kolesterolnya tinggi (Hiperkolesterolemia). Hal ini
membuktikan bahwa memang ada hubungan antara kadar kolesterol tinggi terhadap
kejadian Diabetes Melitus.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.
Ada
hubungan bermakna antara kadar
kolesterol dengan kejadian
penyakit Diabetes Melitus yaitu
dengan nilai p = 0,002 dimana
(p < 0,05)
2.
Ada
peluang bagi seseorang yang memiliki kadar kolesterol tinggi juga menderita
diabetes melitus, dimana Nilai OR = 3,524, artinya seseorang yang memiliki kadar kolesterol yang tinggi mempunyai peluang 3 kali beresiko menderita
penyakit Diabetes Melitus, dibanding dengan
orang yang memiliki kadar kolesterol yang normal.
B. Saran
1. Bagi
instansi yang terkait diharapkan untuk meningkatkan promosi dan penyuluhan
kesehatan mengenai pola hidup sehat dan menghindari pola hidup yang beresiko.
2. Bagi
masyarakat diharapkan menghindari pola hidup yang beresiko, dengan mengkonsumsi
pola makanan yang sehat dan seimbang, disertai dengan olah raga yang teratur.
3. Untuk
Peneliti lain perlu adanya penelitian lanjutan hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan penyakit Hiperkolesterol, dan Diabetes Melitus.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2004
(http://www.kolesterol.web.id) ( Diunduh pada 28 November 2010.
Askandar. TJ,
1997. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama
Diabetes. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Baraas.f, 1998,
Mencegah Serangan jantung dengan Menekan
Kolesterol, Penerbit P.T. Utama
Gramedia Pustaka, Jakarta.
Boedisantoso A,
1999. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I,
Penerbit FKUI, Jakarta.
Dinas Provinsi
Sul-Teng, 2004, Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah, Penerbit Dinas Kesehatan, Palu.
Ganong. W,
1995, Buku Ajar Fisologi Kedokteran,
diterjemahkan oleh Petrus, edisi 3, EGC , Jakarta.
Gsianturi, 1995, Kelebihan Karbohidrat Penyebab Diabetes. (http://www.suarapembaruan.co.id/News/2005/02/19/index.html), Diunduh pada tanggal 25 November, 2010.
Hariawan, Kadek. 2008. Ilmu Penyakit Dalam. Artikel ilmiah
FK Unud, Denpasar.
Haryati, 1999, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa
Pada Usia Lanjut, Skripsi Yayasan Husni Tamrin, Jakarta.
Laboratorium
Kesehatan Palu, 2010. Profil UPT
Laboratorium Kesehatan Palu, Penerbit Laboratorium Kesehatan, Palu.
Martahan, S. 2004, Gizi Kesehatan Masyarakat,
STIKIJ, Palu.
Marvyn. L,
1995, Hipertensi Pengendalian Lewat
Vitamin, Gizi dan Diet, Penerbit Arcan, Jakarta.
Sarwono, W. 1996, Ilmu Penyakit Dalam Jilid I,
Edisi ke tiga Penerbit FKUI, Jakarta.
Siswono. 2006. Bahaya
Dari Kolesterol Tinggi. http://www.gizi.net/cgi-bin/ berita/fullnews.cgi?newsid997059568,35248,. ( Diunduh pada
tanggal 13 Desember 2010).
Notoadmojo, 2000. Metode Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Soeparman, S,
1999, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II,
Penerbit FKUI, Jakarta.
Soewondo,
1995. Gejala klinik Diabetes. (http://www.Jtptunimus-gdl-abrinarind-5286-2-Bab2.pdf). (Diunduh pada
tanggal 26 movember, 2010).
Soegondo, S, 1999. Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I, Penerbit
FKUI, Jakarta.
Wiryowidagdo, M. 2002, Tanaman Obat Untuk Penyakit Jantung,
Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta.
Yulizar, 2005. Pemeriksaan Diabetes Secara Laboratorium,
Penerbit Dirjen Pelayanan Medik, Jakarta.
Zimmet P., Mc
Carty. 1997. Mainsteaming
the metabolic syndrome:
a definite definition. Medical Journal of Australia. 183:175-176.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1.
Kerangka Penelitian
Penerimaan Pasien
|
Pengambilan Sampel
|
Pemeriksaan Kadar Kolesterol
|
Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
|
Analisis Data
|
Pengumpulan Data
|
Penyajian Data
|
Gambar 1 : Kerangka Penelitian Hubungan Kadar Kolesterol dengan
Kejadian Diabetes Melitus.
2.
Pola
Makan
|
Kolesterol
|
Hipertensi
|
Jenis
Kelamin
|
Umur
|
Berat
Badan
|
Gangguan
Hormon Insulin
|
Kurang
Olahraga
|
DM
|
Pola
Hidup
|
Pemeriksaan
Serum
|
Gambar
2. Kerangka Teori Hubungan Kadar
Kolesterol dengan Kejadian Diabetes Melitus.
Keterangan
:
Ada
beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadinya kasus Diabetes Melitus seperti kolesterol,
hipertensi, jenis kelamin, umur, gangguan insulin, berat badan, dan kurang
olahraga. Namun dalam penelitian ini, hanya diteliti kadar kolesterol terhadap
kejadian Diabetes Melitus.
3.
Kerangka Konsep
Kadar
Kolesterol
|
Jenis
Kelamin
Pekerjaan
Umur
|
DM
|
Keterangan :
:
Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2. Kerangka
Konsep Hubungan Kadar Kolesterol dengan
Kejadian
Diabetes Melitus
4.
Defenisi Operasional dan Kriteria
objektif
4.1
Variabel Dependen (Diabetes ellitus).
1.
Defenisi Operasional
Yang
dimaksud Diabetes ellitus dalam penelitian ini adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang meningkat,
dikatakan tinggi bila kadar glukosa darah puasa (GDP) ≥ 125 mg/dl dan kadar glukosa darah sewaktu (GDS) ≥200 mg/dl.
2.
Kriteria Objektif
DM : Bila kadar glukosa darah puasa ≥ 125 dan atau
kadar
glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dl.
Non DM :
Bila kadar glukosa darah puasa < 125 mg/dl dan atau
kadar glukosa sewaktu
< 200 mg/dl (Yulizar,
2005).
4.2
Variabel Independen (Kadar Kolesterol)
1.
Defenisi
Operasional
Yang
dimaksud kadar kolesterol dalam
penelitian ini adalah suatu keadaan dimana kadar lemak darah akan meningkat bila
kadar
kolesterol ≥ 200 mg/dl, dan
dikatakan normal bila kadar kolesterol < 200 mg/dl.
2.
Kriteria Objektif
Tinggi : Tinggi, bila kadar kolesterol ≥ 200 mg/dl,
Normal :
Normal, bila kadar kolesterol < 200 mg/dl
3.
Analisis
Data
Kadar
Kolesterol dengan kejadian
diabetes melitus
CrossTab
Kadar Kolesterol
|
Kejadian Diabetes
Melitus
|
Total
|
|
≥ 125 mg/dl
|
< 125 mg/dl
|
||
Kadar Kolesterol
≥ 200 mg/dl
|
38
66,7%
|
19
33,3%
|
57
100%
|
Kadar Kolesterol
< 200 mg/dl
|
21
36,2%
|
37
63,8%
|
58
100%
|
Total
|
59
51,3%
|
56
48,7%
|
115
100%
|
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Pengambilan Sampel Darah Pasien
Gambar 2. Sampel Pasien yang telah diambil
Gambar 3. Laboratorium Pemeriksaan Kadar glukosa dan
Kadar Kolesterol
Gambar 4. Clinipette dan Tip
Gambar 5. Reagen Glukosa dan Kolesterol
Gambar 6. Sampel diinkubasi dengan menggunakan waterbatt
Gambar 7. Water Batt
Gambar 8. Sampel dideteksi dengan menggunakan photometer
5010
Gambar 9. Photometer
5010
RIWAYAT HIDUP
Moh.
Syahrir lahir di Palu pada tanggal 12 September 1989. Anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Ishak Bahren Thaiyeb dan Muslimah Matrani.
Pendidikan yang ditempuh selama ini, dimulai dari taman kanak – kanak di Tk
Alkhairat Bayaoge Palu.
Pendidikan
Sekolah Dasar ditempuh di SD Negeri 21 Palu dan lulus pada tahun 2001.
Pendidikan yang selanjutnya adalah Sekolah Menengah Pertama ditempuh di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Palu Barat dan lulus pada tahun 2004. Kemudian pada
tahun 2004 melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas ditempuh di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu dan lulus pada tahun 2007.
Pada
tahun 2007, melalui jalur SPMB Lokal melanjutkan studi di Perguruan Tinggi
Universitas Tadulako Palu dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan Biologi. Selama menjalankan studi di
Perguruan Tinggi pernah mendapatkan beasiswa yaitu beasiswa BBM. Pengalaman
organisasi dimulai dari Jurusan Biologi sendiri dan diangkat menjadi Kabid Informasi
dan Komunikasi. Pada tahun 2008 diangkat sebagai salah satu Kepala Bidang di
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) di Komisariat Tehnik MIPA. Pada tahun 2009
diangkat sebagai Ketua Bidang Humas di Unit Kegiatan Mahasiswa di Fakultas MIPA
yaitu Badan Riset Mahasiswa (BRM).
Pada
saat duduk di semester 5 (lima) mulai mengambil konsentrasi. Konsentrasi yang
diminati adalah Konsentrasi Biologi Medik dari empat konsentrasi yang ada pada
Jurusan Biologi. Pengalaman dalam studi sejak semester 2 (dua) sampai selesai
diangkat menjadi asisten dosen sampai saat ini. Mata Kuliah atau Praktikum yang
pernah dibawakan adalah Biologi Umum, Biologi Molekuler, Anatomi
Hewan, Morfologi Tumbuhan, Taksonomi Hewan Invertebrata, Embriologi, Histologi,
Mikrobiologi Umum, Mikrobiologi Kesehatan, Bakteriologi, Helmintologi, dan
Parasitologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar